Syarikat Islam adalah organisasi pergerakan nasio¬nal, sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam (SDI). Didirikan oleh Hadji Samanhudi pada 16 Oktober 1905 di Laweyan Solo. Syarikat Islam sejak berdi¬ri¬nya mengalami pasang-surut dan gelombang pertarungan yang berse¬suaian dengan dinamika kehidupan kebangsaan sejak zaman kolonialisme Belanda, pendu¬dukan Jepang, hingga memasuki masa kemerdekaan bangsa pada 17 Agustus 1945. Berlanjut mengisi alam kemerde¬kaan de¬ngan berba-gai model kepe¬mimpinan nasional dalam perubahan kehidupan demokrasi hingga saat ini.
Dalam perjuangan panjangnya, beberapa kali berganti nama mulai dari SDI menjadi SI (Sarekat Islam), lalu men-jadi Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai konsekuensi dari penyatuan gerakan afdeeling-afdeeling (cabang) menjadi kekuatan nasional di masa kepemimpinan Hadji Oemar Said Tjokroaminoto. Kongres-kongres Afdeeling SI yang semula bersifat lokal dalam wadah Centraal Sarekat Islam diubah dengan memersatukannya secara nasional dengan sebutan baru: Nationaal Indische Congres atau Natico. Natico atau Kongres Kebangsaan Hindia/Indo¬nesia itu menandakan bahwa Sarekat Islam adalah merupakan ‘keku¬atan kebangsaan’ dari putera-putera Indonesia/ Hindia yang bersebutan sebagai: Kaoem Boemipoetera.
Sesuai alam dan zamannya sebutan CSI pun berganti men-ja¬di Partai Sarekat Islam, lalu Partai Sarekat Islam Hindia Timur (PSIHT), dan terpatrikan menjadi Partai Syarikat Is-lam Indonesia (PSII) . Kembali menjadi SI (Sya¬rikat Islam) yaitu saat PSII melakukan fusi bersama empat Partai Politik Islam menjadi Partai Persatuan Pemba¬ngunan dan akhir-nya Syarikat Islam (SI) menjadi wadah nonpartai politik yang dalam perundang-undangan Repu¬blik Indonesia ber-ke¬du¬dukan sebagai orga¬nisasi kemasya¬rakatan (Ormas). Sejak 1973 Syarikat Islam menjadi pergerakan keumatan nonpartai politik dan sejak diberlaku¬kannya fusi tuntas Syarikat Islam menyatakan tidak lagi berpartai politik seca-ra praktis dan mengambil jarak yang sama dengan semua kekuatan partai politik. Syarikat Islam bersifat man¬diri, tidak berafiliasi atau menjadi ba¬gian dari partai politik mana pun, tidak mengisolasi diri dari kehidupan berma-sya¬rakat, ber¬bangsa, dan bernegara. Sikap kemandirian Syarikat Islam ini dikukuhkan dalam setiap kongres nasionalnya.
Dua hal yang menjiwai pergerakan SI yaitu keislaman dan kebangsaan sehingga dikenal sebagai pergerakan nasional yang Islami dan pergerakan Islam yang nasionalistis: Natio¬naal Islamistische dan Islam Nationaalistische. Cara pan¬dang dalam ber-SI adalah Islam dan kebangsaan yang diwu¬jud¬kan dalam perilaku kehidupan berbangsa yang Islami. Dalam asas kejuangannya SI menempatkan Persatuan dalam Umat (persatuan bangsa) sebagai yang utama hingga pada muaranya tercapai Kemerdekaan yang Sejati.